Sabtu, 19 Oktober 2013

GARAM DAN TELAGA


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi. datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.

Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama, la lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba. minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu. sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum, la. lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air. mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi. "Bagaimana rasanya?".
"Segar", sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi. 'Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak. Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. la lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.

Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas,buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

( Disadur dari Buku Motivasi – Ir. Andi Muzaki, SH, MT )

Renungan :

Yakinlah saudaraku, tidak ada yang kekal di dunia ini, pasti semua akan berakhir
Badai pasti akan berakhir...
Hujan pasti akan reda...
Banjir pasti akan surut...
Setiap masalah pasti akan ada jalan keluar....

Semua masalah yang hadir dalam kehidupan kita terkadang memang terasa sangat berat hingga kita tak mampu untuk berdiri tegak menapaki waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan……
Jangan bersedih saudaraku, Jangan berputus asa……

Serumit dan Seberat apapun masalah Anda, Yakinlah Allah sanggup meringankan dan menghilangkannya, karena Dialah Sang Maha Pemberi jalan dari apa saja yang buntu.

So Hadirkan dan libatkan Allah dalam setiap permasalahan Anda.
Hadirkan Kekuatan-Nya……..
Hadirkan Keajaiban-Nya dengan jalan BERSEDEKAH……
Yakinlah Bahwa " ALLAH ADALAH SUMBER SEGALA SOLUSI ”

" Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan"

” Sesungguhnya Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya


Rabu, 16 Oktober 2013

BERBAGILAH PADA SESAMA

Nilai hidup kita diukur dari ucapan dan perilaku kita. Mereka yang ingin meraih keberhasilan mau tidak mau, sudi tidak sudi harus menolong sesamanya menjadi berhasil pula. Mereka yang menginginkan hidup dengan baik harus menolong sesama dengan baik pula.
Hidup kita akan terasa bermakna apabila kita mampu berbagi pada sesama.

 “Allah senantiasa memberi pertolongan kepada hamba-hamba-NYA selama ia menolong saudaranya ” ( HR. Muslim )

Tidak akan ada ruginya bila kita berbagi. Justru dengan berbagi menandakan kita mampu mensyukuri akan segala karunia yang diberikan oleh Sang Pencipta.

” Sesungguhnya apabila kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat kita, dan apabila kamu kufur maka sesungguhnya azab allah sangat pedih.” ( QS. Ibrahim : 7)

” Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali ia akan bertambah…..bertambah….dan bertambah ” ( HR. At Tirmidzi )

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dirugikan. ( QS. Al An'aam : 160 )

“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” ( QS. Al Baqarah : 261 )

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali 'Imran : 92 )
 
 Dalam memberi/bersedekah paling tidak ada hal yang harus kita ketahui yaitu Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin.

Ilmul Yaqin, adalah keyakinan kita berdasarkan ilmu
Ainul Yaqin adalah keyakinan kita berdasarkan penglihatan terhadap orang lain yang telah membuktikan akan kekuatan dalam memberi             ( The Power of Giving )
Haqqul Yaqin. Adalah keyakinan kita akan pengalaman kita sendiri yang telah membuktikan akan keajaiban dalam memberi (The Miracle of Giving)

Sudah sejauh mana kita dalam mensikapi semua itu, apakah kita baru lmul Yaqin, Ainul Yaqin, atau Haqqul Yaqin, atau kita malah tidak percaya akan semua itu, naudzubillahi min dzalik.

Semoga kita mampu memberi kepada sesama yang membutuhkan bantuan kita. Senyum mereka adalah senyuman kita…Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan kita.

Ilmu akan membawa kita kepada keyakinan…
Keyakinan akan membawa kita kepada amal perbuatan…
Amal perbuatan akan membawa kita kepada Keberuntungan …

Semoga Bermanfaat….!