Jumat, 27 April 2012

CERMIN SEORANG ANAK


Suatu ketika di sebuah sekolah, diadakan pementasan drama. Pentas drama yang meriah, dengan pemain yang semuanya siswa-siswi di sana.Setiap anak mendapat peran, dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang mereka perankan. Semuanya tampak serius, sebab Pak Guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil terbaik dalam pentas.

Di depan panggung, semua orangtua murid ikut hadir dan menyemarakkan acara itu.  Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak tampil dengan maksimal. Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya, ada juga yang menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkan di bahu.
Di sudut sana, tampak pula seorang anak dengan raut muka ketus, sebab dia kebagian peran pak tua yang pemarah,sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih, layaknya pemurung yang selalu menangis. 

Tepuk tangan dari para orangtua dan guru kerap terdengar, di sisi kiri dan kanan panggung.
Tibalah kini akhir dari pementasan drama. Dan itu berarti, sudah saatnya Pak Guru mengumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah. Setiap anak tampak berdebar dalam hati, berharap mereka terpilih menjadi pemain drama yang terbaik. Dalam komat-kamit mereka berdoa,supaya Pak Guru akan menyebutkan nama mereka, dan mengundang ke atas panggung untuk menerima  hadiah. Para orangtua pun ikut berdoa, membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik. 

Pak Guru telah menaiki panggung, dan tak lama kemudian ia menyebutkan sebuah nama. Ahha... ternyata, anak yang menjadi pak tua pemarah-lah yang menjadi juara.
Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira. "Aku menang...", begitu ucapnya. Ia pun bergegas menuju panggung, diiringi kedua orangtuanya yang tampak bangga. Tepuk tangan terdengar lagi. Sang orangtua menatap sekeliling, menatap ke seluruh hadirin. Mereka bangga.

Pak Guru menyambut mereka. Sebelum menyerahkan hadiah, ia sedikit bertanya kepada sang "jagoan,
"Nak, kamu memang hebat. Kamu pantas mendapatkannya. Peranmu sebagai seorang yang pemarah terlihat bagus sekali. Apa rahasianya ya, sehingga kamu bisa tampil sebaik ini? Kamu pasti rajin mengikuti latihan, tak heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik.." tanya Pak Guru. 

"Coba kamu ceritakan kepada kami semua, apa yang bisa membuat kamu seperti ini..." Sang anak menjawab, "Terima kasih atas hadiahnya Pak. Dan sebenarnya saya harus berterima kasih kepada Ayah saya di rumah. Karena, dari Ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah. Kepada Ayah-lah saya meniru perilaku ini. Ayah sering berteriak kepada saya, maka, bukan hal yang sulit untuk menjadi pemarah seperti Ayah."
Tampak sang Ayah yang mulai tercenung. Sang anak mulai melanjutkan, "...Ayah membesarkan saya dengan cara seperti ini, jadi peran ini, adalah peran yang mudah buat saya..."

Senyap. Usai bibir anak itu terkatup, keadaan tambah senyap. Begitupun kedua orangtua sang anak di atas panggung, mereka tampak tertunduk. Jika sebelumnnya mereka merasa bangga, kini keadaannya berubah. Seakan, mereka berdiri sebagai terdakwa, di muka pengadilan. Mereka belajar sesuatu hari itu. Ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka.

( Dikutip dari : Aris Ahmad Jaya )

Renungan :

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)

Setiap anak yang terlahir dalam keadaan suci. Laksana kertas putih yang belum ternoda. Tinggal tergantung kepada orangtuanya, mau dijadikan apa mereka.
Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang sangat disayangi dan dicintainya. 

Secara tidak langsung seorang anak akan meniru setiap ucapan dan tingkah laku dari kedua orang tua baik yang sifatnya terpuji maupun tercela.

Sebuah peribahasa mengatakan ” Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya ” atau peribahasa yang lain mengatakan ” Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga ”
Sifat seorang anak tidak jauh dari sifat orang tuanya, so ketika anak berperilaku kurang baik, sebagai orangtua jangan memvonis anak. Seharusnya introfeksi pada diri sendiri. Ada yang harus diluruskan oleh orang tua.

Buat para orang tua :
Didiklah anak dengan kasih sayang.
Didiklah dia agar dapat mengenal Allah dengan baik.
Didik dia berakhlaq seperti Rasulullah. Akhlaq Nur Karimah.
Didiklah dia mengenal agamanya sebaik mungkin
Didiklah dia agar menjadi orang yang Istiqomah.

“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” ( HR.Muslim )

Semoga Bermanfaat...!



Tidak ada komentar: